SYAJAROH THOYYIBAH

“ Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya menjulang ke langit. Pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seidzin Robbnya. Allah membuat perumpamaan-perumpaman (amtsal) itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat “.
(Qs. Ibrahim: 24-25)


Amtsal adalah sebuah kata jamak dari kata missal yang juga berartii perumpamaan, contoh, ibarat, tamsil atau sepertinya. Didalam Al-Qur’an, Al Hadist atau kitab-kitab banyak ungkapan-ungkapan, semua itu guna memudahkan pengertian sehingga tergambarlah dipikiran orang yang dimaksud.

Sebagaimana firman Allah diatas juga mengibaratkan kalimat yang baik seperti pohon yang baik. Pohon tersebut bukanlah pohon sesungguhnya melainkan hanya sebagai perumpamaan saja, yang dimaksudkan adalah kalimat yang baik itu. Untuk menerangkan betapa beratnya bobot suatu kalimat terkadang perlu diterangkan secara amtsal.

Permisalan itu dapat diungkapkan dalam bermacam-macam bentuk, namun perumpamaan yang diberikan Allah kali ini agak unik, tetapi logis. Kalimat Thoyibah diibaratkan bagaikan sebuah pohon yang baik, maka terpampanglah dalam pandangan kita bahwa macam mana pohon yang baik itu?

Sebuah pohon yang akarnya teguh menghujam ke dalam tanah dan cabangnya tinggi sampai menjulang ke awan, juga selalu berbuah pada setiap musim.
Kalimat yang baik bagaikan pohon yang baik, sebaik-baik kalimat adalah kalimat tauhid, dan sebaik-baik kalimat tauhid adalah LAA ILAAHA ILALLAAH.

Kalimat tauhid tersebut termasuk kategori keimanan yang mana dengan LAA ILAAHA ILLALLAAH berarti gugurlah seluruh aqidah apapun, kecuali hanya meng-Ilah-kan Allah saja. Berangkat dari keimanan terhadap keesaan Allah maka akan timbullah konsekuensi yang banyak.

Keimanan terhadap keesaaan Allah adalah perkara yang paling pokok (ushul), sehingga bilamana seseorang telah kokoh keimananya maka pendiriannya tidak akan mudah goyah. Bagaikan akar pohon yang menghujam kedalam tanah tidak mudah dirobohkan begitu pula keimanan yang menghujam ke dalam dada tidak mudah goyah dihempas badai kehidupan.

Dari pengakuan terhadap keesaan Allah menuntut pula adanya keyakinan terhadap pembawa risalah tauhid. Dalam hal ini Muhammad Rasulullah saw adalah pembawa Risalah Tuhid yang wajib dimani.

Dari beliaulah kita dapat mengenal dien Al-Islam atau segala bentuk syari’at, sedangkan syari’at itu sendiri dapat dikategorikan masalah furu’ (cabang). Tampaklah gambaran Al-Islam pada lahirnya seperti masalah sholat, shoum, hajji, muamalah dan syariat lainnya yang mana semua itu telah dicontohkan oleh Nabi Muhammad s.a.w

Cabang-cabangnya menjulang tinggi sampai ke langit adalah menggambarkan betapa tingginya, bahkan menjadi system kehidupan baik secara individu maupun bermasyarakat.
Pohon itu memberikan buahnya pada setiap muslim, artinya dengan tegaknya syariat Islam atau hukum Islam secara murni dan konsekuen berarti akan membuahkan kemaslahatan ummat kesejahteraan dan kebajikan dunia maupun akhirat.

Syajaroh Thoyibah yang berbuah itu pada hakekatnya akan menjadi syajaroh Mubarokah sehingga ummat akan merasakan betapa besar faedah berkahnya. Maka begitu pula keimanan dan syariat Islam perlu dibina dan dipertahankan, membina dan mempertahankannya itu dengan Jihad bi amawalikum wa anfusikum.

Kini masyarakat kaum muslimin telah banyak yang meninggalkan jihad sehingga mereka kembali kepada kenistaan dan kehinaan. Akibatnya mayoritas kaum muslimin tidak berdaya ,lemah, dihinakan dan syariat Islam diinjak-injak dimata mereka oleh kaum kuffar.
Ironisnya, yang mengaku kaum muslimin sendiri bukannya memagari pohon itu malah memagar betis untuk merobohkan dengan senjata tajam guna mengharapkan ridha iblis dimata Kuffar, Naudzubillah.

Namun demikian, para pengikut setia setiap saat dari nabi Muhammad Rasulullah s.a.w tetap berkiprah sama, mereka bagaikan petani yang yang selalu menanam tanaman unik, tanaman macam apakah itu?

Muhammmad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesame mereka, kamu lihat mereka ruku’ dan sujud mencari keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada wajah mereka dari bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus diatas pokoknya, tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya, karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mu’min), Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal sholeh diantaranya mereka ampunan dan pahala yang besar “. (Qs. Al-Fath:29)

Demikianlah tanaman mukminin, sebagai gambaran dalam beramal untuk mencapai amapunan, pahala, karunia dan ridha Allah SWT. Mereka tidak sekali-kali menempuh ridha Allah dengan cara yang diridhai Iblis dan kaum kuffar.

Tiada sebatang pohon apapun yang mengundang kemarahan kaum kuffar kecuali pohon keimanan, dan tiada tanaman apapun yang dapat menjengkelkan kaum kuffar kecuali tanaman Islam. Pantaslah jika tanaman Islam selalu dibenci dan dimusuhi, sebab kaum kuffar selalu tidak rela jika Islam tegak 100%, dan mereka memusuhi kaum muslimin yang selalu membina dan mempertahankannya dengan jihad.
(Sumber: Anonim)





Template Copy by Blogger Templates | BERITA_wongANteng |MASTER SEO |FREE BLOG TEMPLATES